TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak jenis Brent untuk pengiriman Februari 2022 naik 1 persen atau 73 sen menjadi US$ 75,15 per barel di London ICE Futures Exchange. Kenaikan harga 1 persen atau sebesar 73 sen juga terjadi untuk minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS pengiriman Januari tahun depan menjadi US$ 71,67 per barel di New York Mercantile Exchange.
Menguatnya harga minyak di akhir perdagangan Jumat atau Sabtu pagi WIB tersebut adalah kenaikan mingguan terbesar dalam lebih dari tiga bulan. Kenaikan harga emas hitam itu dipicu oleh sentimen pasar akibat berkurangnya kekhawatiran atas dampak varian virus corona Omicron terhadap pertumbuhan ekonomi global dan permintaan bahan bakar.
Per pekan ini, harga acuan minyak mentah AS naik 8,2 persen, sementara Brent melonjak 7,5 persen, berdasarkan kontrak bulan depan. Hal tersebut merupakan kenaikan mingguan pertama mereka dalam tujuh pekan terakhir, bahkan setelah aksi ambil untung singkat.
Phil Flynn, seorang analis senior kelompok harga berjangka di Chicago menyatakan para pedagang minyak tak lagi terkejut dan merasa lebih bullish. "Karena mereka mengkalibrasi ulang ekspektasi permintaan mereka setelah varian virus corona Omicron," ucapnya.
Adapun harga konsumen AS yang naik lebih lanjut pada November memicu kenaikan tahun ke tahun terbesar sejak 1982. Data pemerintah tersebut turut menambah sentimen bullish pada permintaan minyak.
Pada awal minggu ini, pasar minyak telah memulihkan sekitar setengah dari kerugian yang diderita sejak wabah Omicron pada 25 November 2021. Pasalnya, harga minyak belakangan naik setelah studi awal menunjukkan bahwa tiga dosis vaksin Covid-19 Pfizer bisa memberi perlindungan lebih terhadap varian Omicron.
Analis Commerzbank, Carsten Fritsch, menyebutkan pasar minyak telah memperkirakan harga skenario terburuk berikutnya. "Tetapi akan disarankan untuk meninggalkan risiko residual tertentu pada permintaan minyak."